Baik Dan Buruk Dalam Pandangan Tasawuf
Monday, July 27, 2020
Add Comment
A. Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam
bahasa arab, atau good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya,
Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai
kesempurnaan. Sementara itu, Webster’s New Twebtieth Century Dictionary,
dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan
dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. Selanjutnya yang baik
itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang
diharapkan, yang memberikan kepuasan. Dan yang disebut baik dapat pula berarti
sesuatu yang mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang dan bahagia.
Tingkah laku manusia adalah baik, jika tingkah laku tersebut menuju
kesempurnaan manusia. Kebaikan disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi
seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.1
Dalam bahasa arab, yang disebut buruk itu dikenal dengan istilah
syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, yang tidak seperti
seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, dibawah standar, kurang dalam nilai,
tak mencukupi, keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat
disetujui, tidak dapat diterima, sesuatu yang tercela, lawan dari baik, dan
perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku. Dengan
demikian, yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari
yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.
Beberapa definisi tersebut memberi kesan bahwa sesuatu yang
dianggap baik dan buruk itu relatif sekali, karena bergantung pada pandangan
dan penilaian masing-masng yang merumuskannya. Dengan demikian, nilai baik atau
buruk menurut pengerian tersebut bersifat subjektif, karna bergantung kepada
individu yang menilainya.
BACA JUGA:
B. Dimensi Baik dan Buruk
Isyarat-isyarat yang ditunjukkan Al-Qur’an melalui ayatnya tentang
kebaikan dan keburukan menunjukkan bahwa pandangan baik buruk pada diri manusia
dapat beraneka ragam, tergantung landasan yang digunakannya. Pada gilirannya
pengetahuan danpemahaman yang jelas serta mendalam tentang baik dan buruk
ditentukan oleh hal-hal yang menjadi keharusan untuk dilakukan dan keharusan
untuk dijauhi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dinyatakan bahwa kebaikan dan
keburukan ditentukan oleh berbagai sumber, yaitu : berdasarkan syar’i, akal,
pandangan secara fisik, dan kehendak manusia (sifat jiwa manusia).
1. Dimensi Akal
Al-Qur’an secara konsisten mengajak manusia untuk selalu
menggunakan aql, qalb, dan bashirahnya untuk memahami fenomena, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak. Ajakan penggunaan akal secara nyata dapat
dilihat dalam ungkapan Al-Qur’an diantaranya : ( Q.S Al-An’am : 11 )
قُ لۡ سۡيرُواْ فۡي ٱۡ لۡ رضۡ ثۡمَّ ٱۡنظُرُواۡ كۡ يفَ كۡانَ عۡ قِبَةُ
ٱۡ لمُكَذِ بِينۡ
Artinya : Katakanalah : “ Berjalanlah dimuka bumi kemudian
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”.
Ayat tersebut mengisyaratkan ajakan terhadap penggunaan akal untuk
dapat mengambil hikmah dari perjalanan orang-orang yang mendustakan agama.
Diantara figur yang popoler adalah fir’aun, qarun, dan haman yang telah
memperlihatkan sifat takabur, sehingga binasa dengan ketakaburannya.
2. Dimensi Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan perencanaan menyeluruh dengan bidang
tanggung jawab manusiawi. Ia mengandung dua unsur penting, yaitu : kesanggupan
untuk menetapkan sikap terhadap suatu perbuatan dan kesanggupan untuk memikul
resiko dari perbuatan itu.
Menurut Ahmad Mubarak bahwa tanggung jawab tingkah laku manusia
menurut Al-Qur’an dihubungkan dengan tanggung jawab terhadap Tuhan, dirinya,
masyarakat dan alam lingkungannya sehingga dilarang berbuat kerusakan.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka perilaku baik buruk merupakan perbuatan
yang harus dipertanggung jawabkan.
3. Dimensi Trasenden
Dalam kehidupan manusia selalu ada realitasusila atau akhlak yang
tidak dapat dijelaskan secara tuntas oleh penjelasan historis, psikologis,
sosiologis, atau analisa bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sadar akan
adanya norma yang bersifat trasenden sebagai realitas didunia empirit manusia
yang ideal dan berfungsi mewajibkan secara mutlak. Pengertian trasenden tidak
berarti bebas sepenuhnya dari dunia empirit, melainkan terjadi keterlibatan
diantara keduanya.
C. Penentuan Baik dan Buruk
Diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan
baik dan buruk adalah2 :
1. Baik dan Buruk menurut aliran adat istadat (sosialisme)
Menurut aliran ini baik atau buruk ditentukan berdasarkan adat
istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti
dan berpegang teguh pada adat dipandang baik, dan orang yang menentang adat
istiadat dipandang buruk, dan kalau perlu dihukum secara adat. Adat istiadat
akan membawa kepada kesucian, sehingga apabila seseorang menyalahi adat, maka
akan sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
2. Baik dan Buruk menurut aliran hedonisme
Menurut paham ini yang disebut perbuatan baik adalah perbuatan yang
banyak menimbulkan kenikmatan dan kepuasan nafsu biologis. Pada tahap
selanjutnya hedonisme ada yang bercorak individual dan universal. Corak pertama
berpendapat bahwa mencari sebesar-besarnya kelezatan dan kepuasan untuk diri
sendiri. Selanjutnya corak kedua memandang bahwa perbuatan yang baik itu adalah
yang mengutamakan mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama
manusia.
3. Baik dan Buruk menurut paham intuisisme ( humanisme )
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai
baik dan buruk dengan sekilas tanpa melihat akibatnya. Kekuatan batin ini
adalah kekuatan yang telah ada didalam jiwa manusia. Penentuan baik buruk
perbuatan melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham dan dikembangkan oleh
para pemikir akhlak dari kalangan islam. Dengan demikian, bahwa penentuan baik
dan buruk yang berdasarkan inntuisi dapat menghasilkan penentuan secara
universal atau berlaku bagi masyarakat pada umumnya.
4. Baik dan Buruk menurut paham utilitarialisme
Secara harfiah utilis berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang
baik adalah yang berguna. Namun demikian, kegunaan dalam arti bermanfaat yang
tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat
rohani dan bisa diterima. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah
orang yang member manfaat pada yang lainnya. (H.R Bukhari).
5. Baik dan Buruk menurut faham vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam
hidup manusia. Kekuatan dan kekuasan yang menakhlukan orang lain yang lemah
dianggap sebagai yang baik. Paham ini lebih lanjut cenderung pada sikap
binatang, dan berlaku hukum siapa yang kuat dan menang itulah yang baik.
6. Baik dan Buruk menurut paham religiosisme
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai
dengan kehendak tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak
sesuai dengan peerbuatan tuhan.
7. Baik dan Buruk menurut paham evolusi
Mereka yang mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu
yang ada di alam ini mengalami evolusi, yaitu berkembang dari apa adanya menuju
kepada kesempurnaanya.
D. Sifat Baik dan Buruk
Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat
sebagaimana disebutkan di atas adalah sesuai dengan sifat dari filsafat itu
sendiri, yakni berubah dan tidak universal. Dengan demikian sifat baik atau
buruk yang dihasilkan berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi relatif
pula, yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah. Sifat baik buruk yang
dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, lokal dan
temporal. Dan oleh karnanya nilai baik dan buruk itu sifatnya relatif.
Sifat baik dan buruk tetap berguna sasuai dengan zamannya, dan ini
dapat dimanfaatkan untuk menjabarkan ketentuan baik buruk yang terdapat dalam
ajaran akhlak yang bersumber dari ajaran islam3.
E. Baik dan Buruk menurut ajaran islam
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah, Al-Qur’an
yang dalam penjabarannya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran agama
Islam baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadist.
Didalam Al-Qur’an ataupun Hadits terdapat berbagai istilah yang mengacu pada baik,
dan ada pula istilah yang mengacu pada yang buruk. Diantara istilah yang
mengacu kepada yang baik misalnya Al-hasanah, Thayyibah, Khairah, Karimah,
Mahmudah, Azizah dan Al-birr.
Firman Allah SWT :
ٱ دعُ إۡلۡىَٰ سۡبِيلِ رۡب كَ بۡٱ لحِ كمَةۡ وٱ لمَ وعِظَةۡ ٱۡ
لحَسَنَ ة ١٢٥... ۡ
Artinya : “Ajaklah manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik”. (QS An-nahal : 125).
مَن جۡآءَ بِۡۡٱ لحَسَنَةۡ فۡلَهۡ خۥۡ ي ٞ ر م نهَ اۡ ... ۡ ٨٤
Artinya : “Barang siapa yang mendatangkan kebaikan, maka baginya
kebaikan”. (QS Al-Qashash : 84).
Adanya berbagai istilah kebaikan yang demikian diberikan Al-Qur’an
dan Hadits untuk menunjukkan bahwa penjelasan tentang sesuatu yang baik menurut
ajaran islam jauh lebih lengkap dibandingkan dari arti kebaikan yang
dikemukakan sebelumnya. Berbagai istilah yang mengacu kepada kebaikan itu
menunjukkan bahwa kebaikan dalam pandangan islam meliputi kebaikan yang
bermanfaat bagi fisik, akal, rohani, jiwa, kesejahteraan dunia dan akhirat
serta akhlak yang mulia.
Untuk menghasilkan kebaikan yang demikian itu islam memberikan
tolak ukur yang jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu ditujukan
untuk mendapatkan keridhoan Allah dalam pelaksanaanya dilakukan dengan ikhlas.
Perbuata akhlak ddalam islam baru dikatakan baik apabila perbuatan yang
dilakukan dengan sebenarnya dan dengan kehendak sendiri itu dilakukan atas
dasar ikhlas kerna Allah.
Allah berfirman :
وَمَاۡٓ أۡمِرُوٓاْ إۡلَّ لۡيَ عبُدُواْ ٱۡللّۡ مۡ خلِصِينَ لۡهُ ٱۡل
دينۡ... ۡ ٥
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan
lurus”. ( QS Al-bayinah : 5 ).
Berdasarkan petunjuk tersebut maka penentuan baik buruk dalam islam
tidak semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi
lebih dari itu adalah niatnya. Selanjutnya dalam menentukan perbuatan baik dan
buruk islam memperhatikan kriteria lainnya yaitu dari segi cara melakukan
perbuatan itu. Seseorang yang berniat baik, tapi dalam melakukannya menempuh
jalan yang salah, maka perbuatan tersebut dipandang tercela.
Allah berfirman :
قَ و ٞ ل مّۡ عرُو ٞ ف وۡمَ غفِرَةٌ خۡ ي ٞ ر من صۡدَقَةٖ يۡ
تبَعُهَآ أۡذٗىۗ وۡٱللّۡ غۡنِيٌّ حۡلِي ٞ مۡ ٢٦٣
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari
sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan perasaan si penerima.
Allah Maha kaya lagi Maha pengampun”. (QS Al-baqarah : 263).
Namun demikian, Al-Qur;an dan sunnah bukanlah sumber ajaran yang
tertutup. Kedua sumber itu bersifat terbuka untuk menghargai dan menampung
pendapat akal pikiran, adat istiadat dan sebagainya yang dibuat oleh manusia,
dengan catatan semuanya itu tetap sejalan dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah.
Ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada logika dan filsafat
dengan berbagi alirannya, dan tertampung dalam istilah etika, atau ketentuan
baik dan buruk yang didasarkan pada istilah adat istiadat tetap dihargai dan
diakui keberadaannya. Ketentuan baik buruk yang terdapat dalam etika dan moral
dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarakan ketentuan baik dan
buruk yang ada dalam Al-Qur’an.
F. Mengenal Akhlak Rasul
Bila kita mengamati hadits yang menjelaskan bahwa akhlak rasul itu
Al-Qur’an, maka kita akan memperoleh gambaran bahwa pada hakikatnya jika kita
ingin mengenal akhlak rasul maka tidak ada jalan lain melainkan harus mengenal
Al-Qur’an lebih dekat dengan mengkajinya secara bertahap.
Terkait dengan akhlak Nabi SAW, Al-Ghazali menyebutkan diantara
beberapa contohnya, yaitu lemah lembut, berani, adil, pemaaf, tangannya tidak
pernah sedikit pun menyentuh tangan perempuan, dermawan dan sebagainya.
Selain menampilkan akhlak mahmudah, rasul juga menghindari akhlak
mazmumah, seperti sombong, ghibah, berdusta dan lain-lain.
Firman Allah SWT :
يَأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱجۡتَنِبُواْ كَثِيرٗا منَ ٱلظَّ نِ
إِنَّ بَعۡضَ ٱلظَّ نِ إِثۡ ٞۖ م وَ لَ تَجَسَّسُواْ وَلَ يَغۡتَب بَّعۡضُكُم
بَعۡضًاۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمۡ أَن يَأۡكُلَ لَحۡمَ أَخِيهِ مَيۡتٗا
فَكَرِهۡتُمُوهُۚ وَٱتَّق واْ ٱللَّۚ إِنَّ ٱللَّ تَوَّا ب رَّحِي م ١٢
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
prasangka, karna sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang”. (QS Al-hujurat : 12)4.
KESIMPULAN
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan luhur
bermartabat, menyenangkan, disukai manusia dan memiliki tujuan yang baik.
Sedangkan buruk adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang
rendah, hina, menyusahkan, dibenci manusia dan tidak mempunyai tujuan yang
baik. Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain adat istiadat,
nurani, rasio, pandangan individu dan norma agama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nata,
Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,(Jakarta : PT Raja Grafindo
Prasada,2017),hal.87
2.
Ibid, Hal. 88
3.
Ibid, Hal. 89
4.
Abdurrahman Rizki , Akhlak Baik dan Akhlak
Buruk,hal.9.
0 Response to "Baik Dan Buruk Dalam Pandangan Tasawuf"
Post a Comment